Keteladanan Seorang Mantan Presiden

18 Desember 2011, Vaclav Havel (05-10-1936 – 18-12-2011), seorang pengarang, penulis drama dan mantan Presiden Ceko selama 13 tahun yang tersohor di dunia, telah meninggal dengan tenang sewaktu tidur.

Kepala negara dan rakyat berbagai negara, dengan spontan menyampaikan duka-cita terhadap kepergiannya, seorang yang dipuji sebagai “orang suci yang menjalani suatu bentuk kehidupan dalam dunia masa kini”.

Dia memiliki kepribadian mulia yang rendah hati, berani berkorban demi kebebasan orang lain dan dapat mengimbangi dengan baik kedudukannya “sebagai presiden sekaligus filsuf”, serta tindakan proaktif dan pemahaman sangat mendalam terhadap hakiki kejahatan komunisme, daya pengaruhnya terhadap hal ihwal seantero dunia dengan menggunakan konsep “HAM lebih tinggi daripada kedaulatan”, telah meninggalkan renungan yang sangat membekas di dalam sejarah.

Kebetulan hampir dalam satu hari, Kim Jong-il, pemimpin Korea Utara, salah satu anggota kubu jahat komunis juga meninggal dunia, sisa-sisa perang dingin memasuki tahap terakhir, dua sosok bayangan yang saling bertolak-belakang ini seakan memberitahu masyarakat dunia: Sebuah lembaran sejarah yang sama sekali baru akan datang bersamaan dengan fajar 2012.

Berita kepergian Havel (75) begitu tersebar, ribuan masyarakat Ceko spontan berkumpul di lapangan pusat kota dengan membawa lilin di tangannya, mengadakan pertemuan di bawah hujan es dan dinginnya musim salju, mereka menyanyikan bersama lagu kebangsaan dan menyampaikan duka-cita kepada sosok mulia Ceko ini.

Dari Tawanan Hingga Presiden - Dari Sastrawan Hingga Politikus

Havel lahir dalam keluarga arsitek yang cukup berada dan hidup tanpa beban sebelum usia 12 tahun. Sejak Cekoslovakia menjadi negara satelit Sosialisme Uni Soviet pada 1948, seluruh keluarga Havel dicap sebagai “5 golongan hitam” seperti di RRT, hingga mengalami diskriminasi.

Begitu tamat sekolah dasar, ia langsung dikirim dan bekerja magang di pabrik dan laboratorium, sejak itu ia hidup di lapisan masyarakat bawah. Namun mengalami nasib jatuh dari puncak awan hingga dasar jurang tidak membuat Havel tunduk pada realita,malah sebaliknya mendorongnya mengembangkan gairah penciptaan seni dan sastra yang kaya dalam jiwanya.

Melalui metode sekolah malam, Havel mulai mencoba berkarya sastra, terutama karya seni drama. Akhirnya dia menjadi seorang pengarang, penulis drama dan penyair yang banyak karyanya serta ternama di dunia. Karya awal Havel sebagian besar adalah drama satire yang menyindir masyarakat dan politik.  

Memimpin Revolusi  Velvet Cekoslovakia

Halvel disorot dunia karena dia memimpin Revolusi Velvet (Beludru) Cekoslovia. Beda dengan para intelek pada umumnya yang membicarakan cita-cita revolusi, Havel senantiasa ikut serta dalam perlawanan terhadap tirani otokrasi Komunis, namun dia menggunakan cara yang paling damai.

Sejak masa Musim Semi Praha pada 1968, Havel setiap hari bekerja sebagai komentator pada Radio Kebebasan Cekoslovakia. Januari 1977, dia mengusulkan “Piagam 77” yang tersohor itu, secara terang-terangan meminta Partai Komunis Cekoslovakia mentaati persyaratan tentang HAM yang tercantum dalam Deklarasi Helsinki. Karena itulah ia dipenjara beberapa kali selama 5 tahun. Kehidupan di dalam penjara membuatnya terserang radang paru-paru berat yang menderanya di kehidupannya kelak.

Agustus 1988, Havel mengumumkan Deklarasi Gerakan Hak Kebebasan Sipil, konsep kebebasan dan demokrasi Havel benar-benar telah menggugah hati rakyat Cekoslovakia. Maka pada 29 Desember 1989 Cekoslovakia menyelenggarakan pemilu pertama yang benar-benar demokratis, Havel yang baru 42 hari dibebaskan dari tahanan terpilih menjadi Presiden.

Pada 1993 Cekoslovakia terpecah, sejak saat itu Havel berturut-turut terpilih dua kali menjadi Presiden Ceko dan memiliki reputasi tinggi. Di bawah kepemimpinannya Ceko melangkah maju ke demokrasi dan bergabung dengan NATO, serta pada 2004 menjadi anggota Uni Eropa. Pada 2006, Ceko masuk dalam deretan negara maju dunia, pada 2010 GDP per kapitanya mencapai US$ 18 ribu (Rp 162 juta).

Sosok Havel bagi masyarakat dunia yang memperjuangkan HAM dan kebebasan selalu adalah sebuah panji, sebuah sumber kekuatan moral. Beberapa hari sebelum meninggal, Havel dengan tubuh yang lemah masih menemui tokoh spiritual Tibet Dalai Lama, serta ikut dalam Simposium HAM Asia.

April lalu Havel bersama para pengarang Eropa menulis surat kepada PM RRT Wen Jiabao, menuntut pengarang Ai Weiwei dibebaskan. Havel juga memberi banyak sekali dukungan atas perjuangan  rakyat Tiongkok yang mengalami penindasan.

Berinisiatif Melepas Posisi Presiden Selama 13 Tahun

Sir Acton pernah mengatakan: “Power tend to corrupt, absolute power corrupt absolutely.” (Kekuasaan dapat membuat orang bejat, kekuasaan absolut membuat orang mutlak bejat). Namun ketika Havel menjabat presiden, dari karya tulisnya orang dapat melihat seorang penguasa yang senantiasa mengoreksi kesalahan dalam menggunakan kekuasaannya, sehingga dia dijuluki oleh pemimpin banyak negara sebagai “tolok ukur teladan bagi politikus”.

Ketika 2003, Havel dengan inisiatifnya sendiri melepas kedudukannya sebagai presiden selama 13 tahun, tajuk rencana New York Times menyimpulkan sebagai berikut: “Havel tidak meninggalkan warisan politik yang dapat dibedakan dengan gamblang, namun yang ditinggalkan olehnya adalah semacam perasaan akan sangat pentingnya moral seorang pemimpin negara.

Dia (dalam masa menjabat presiden) masih tetap mengeluarkan suara yang jujur, pada saat sedang diharapkan oleh orang-orang, dia telah memperlihatkan kewibawaan moral dirinya. Biarpun bagi Ceko ataupun bagi negara-negara lainnya, semua berubah menjadi lebih baik lagi karena keberadaan Havel.”





source : erabaru.net